Copyright © lakeview creativity
Design by Dzignine

10 October, 2012

prompt: "kebyar"

Author's note: I forgot how to write in Indonesian and Nilam's helping me find my way back. That is all.


Pembicaraan di telepon tadi memang terputus tiba-tiba (aku harus cari provider baru yang handal), tapi tugas yang diserahkan Bos kepadaku sangat jelas.

"Bakar," katanya, maka kubakar.

Kuambil jerigen bensin dari bagasi mobil— Bos selalu bilang, "simpan minimal 2 di bagasimu," dan malam ini aku baru mengerti mengapa— kubuka tutupnya, kemudian kubawa jerigen itu ke depan mobil yang teronggok di tengah tanah lapang ini.

Siram, siram, siram, gumamku, kadang menyesuaikan gerakan tangan dan cipratan bensin dengan lagu yang dimainkan iPodku. 

Seru. 

Apalagi karena tiba-tiba lagunya berubah dari single Top 40 menjadi 1812 Overture milik Tchaikovsky. Kelewat dramatis sampai-sampai aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya (tapi diam-diam aku setengah menyesali hidupku ini bukan reality show dengan kru kamera yang merekam tiap detiknya).

Aku sirami mobil itu dengan bensin dari belakang ke depan. Dari bagasi ke kap, bumper to bumper. Namun begitu sampai di pintu penumpang, aku baru sadar kalau bagian dalamnya mungkin harus kusiram juga. Perintah bos sudah jelas. "Bakar semua. Hilangkan tanpa bekas."

Kaki kubengkokkan dan kuamati bagian dalam mobil melalui jendela. 

Yep, pikirku saat melihat seonggok mayat perempuan di dalamnya. Sudah pasti harus kusiram juga.

Lima menit kemudian jerigen di tanganku kosong, mobil sedan biru di tengah tanah lapang tertutup sepenuhnya dengan bensin kental dan aku terengah-engah menyambung napas. Siapa kira kesetiaan butuh stamina? Mungkin ini tandanya aku harus mulai lari pagi lagi seperti jaman kuliah.

Eh, kuangkat bahuku. Mungkin tidak. Aku terlalu malas untuk bangun ekstra pagi tiap harinya.

Kuambil selangkah-dua langkah mundur menjauhi mobil itu dan akhirnya, setelah seharian menahan nafsu, kunyalakan sebatang rokok yang tersisa di kantong bajuku. Ada wangi menthol yang memenuhi tenggorokanku ketika asap rokok kuhembuskan. 

Nothing beats poison when it comes to soothing your soul.

Aku diam di tempat beberapa saat— menikmati sepi yang jarang kutemui di kota besar sambil terus menghisap rokok itu hingga sisa tak sampai setengah. Kukecup ujungnya sambil mengucap kata perpisahan dalam hati sebelum akhirnya kulempar dia ke sedan biru yang sempat menguras tenagaku tadi. 

Rokok melambung di udara, mendarat tepat di atap sedan biru, kemudian mengubah lelatu-lelatu kecil menjadi api yang berkebyaran.

Selesai.

Tugasku sudah selesai.

3 comments:

  1. uhuuuy! keren banget sih siind... gue suka deh gimana lo bisa nulis cerita yang bukan romance jd menarik... pdhal gue kan biasanya doyannya lontong doang.

    semoga selalu berkebyar-kebyar sindriiii

    ReplyDelete