Copyright © lakeview creativity
Design by Dzignine

11 August, 2013

Kami

Dia menyerahkan kunci berhiaskan gantungan Star Wars itu, aku menerimanya, dan untuk beberapa saat tangan kami bersentuhan. Tangannya masih tetap hangat, sama seperti dulu. Untuk sesaat, aku bisa mengingat bagaimana kami dulu, dan bagaimana kunci itu akhirnya mendapatkan gantungan dengan tokoh Yoda.

Dia ingin kunci dengan gantungan Harry Potter, dan aku menginginkan kunci dengan gantungan Jack Sparrow, sebenarnya bisa saja kami membuat dua kunci, dan mendapatkan gantungan sesuai dengan keinginan kami masing-masing, tapi hal itu rasanya terlalu mudah. Lagipula kami hanya ingin satu kunci saja, bodoh memang, tapi saat itu memiliki hanya satu kunci rasanya jauh lebih menyenangkan. Kami jadi selalu punya alasan untuk saling menunggui satu sama lain, dan untuk tidak berada di rumah ketika yang satunya tidak ada. Terlalu bergantung, begitulah kami, dan dulu, dulu, rasanya hal itu adalah sesuatu yang sangat menyenangkan.

Dia tersenyum tipis, senyuman khasnya. Dengan lekukan yang lebih tajam di sisi kiri bibirnya. Dulu, aku sering mengecup lekukan itu, merasakan rasa bibirnya yang hangat, dan bagaimana dia pelan-pelan selalu memutar kepalanya agar bisa balas menciumku dengan leluasa. Dulu, menciumnya adalah sesuatu yang tidak pernah ingin berhenti aku lakukan.

Dia mengangkat tangannya dan membelai pipiku, aku memejamkan mata dan menyandarkan kepalaku di telapaknya yang lebar. Rasanya masih sedikit kasar, dengan beberapa area yang kapalan. Bagiku, tangannya selalu terasa sangat jantan, begitu laki-laki, dan aku menikmati setiap usapannya ketika membelai setiap jengkal tubuhku. Merasakan kontrasnya ketika mengusap kulitku yang lebih halus. Dengan perlahan, dia menyapukan ibu jarinya di atas bibirku, dan aku membuka mata. Ingin rasanya kukecup jarinya, merasakan rasanya untuk satu kali lagi, menikmati rasa kulitnya.

Bukan itu saja, sebenarnya, aku ingin menghambur ke peluknya, menyesap aroma tubuhnya, menyurukkan wajahku di lekuk lehernya, dan mendekapnya erat.

Tapi lalu apa?

Jadi, aku melepaskan tangannya dari pipiku, namun tetap menggenggamya erat. Kutatap kedua matanya, dan merasakan bagaimana dia menatapku, benar-benar menatapku. Dan lalu untuk terakhir kalinya, aku mengatakan, “Aku mencintaimu.”

Dia tersenyum lagi, “aku juga mencintaimu.”


Dia melepaskan tangannya, dan aku melepaskannya. Karena kami tak tepat lagi bersama.

1 comment:

  1. Abis ntn conjuring produktif ya bikin ini... Ayook bikin buku kompilasi cerita sedih! ...plus tips bundir.

    ReplyDelete