Dia menyerahkan kunci berhiaskan gantungan Star Wars itu,
aku menerimanya, dan untuk beberapa saat tangan kami bersentuhan. Tangannya
masih tetap hangat, sama seperti dulu. Untuk sesaat, aku bisa mengingat
bagaimana kami dulu, dan bagaimana kunci itu akhirnya mendapatkan gantungan
dengan tokoh Yoda.
Dia ingin kunci dengan gantungan Harry Potter, dan aku
menginginkan kunci dengan gantungan Jack Sparrow, sebenarnya bisa saja kami
membuat dua kunci, dan mendapatkan gantungan sesuai dengan keinginan kami masing-masing,
tapi hal itu rasanya terlalu mudah. Lagipula kami hanya ingin satu kunci saja,
bodoh memang, tapi saat itu memiliki hanya satu kunci rasanya jauh lebih
menyenangkan. Kami jadi selalu punya alasan untuk saling menunggui satu sama
lain, dan untuk tidak berada di rumah ketika yang satunya tidak ada. Terlalu
bergantung, begitulah kami, dan dulu, dulu, rasanya hal itu adalah sesuatu yang
sangat menyenangkan.
Dia tersenyum tipis, senyuman khasnya. Dengan lekukan yang
lebih tajam di sisi kiri bibirnya. Dulu, aku sering mengecup lekukan itu,
merasakan rasa bibirnya yang hangat, dan bagaimana dia pelan-pelan selalu
memutar kepalanya agar bisa balas menciumku dengan leluasa. Dulu, menciumnya
adalah sesuatu yang tidak pernah ingin berhenti aku lakukan.
Dia mengangkat tangannya dan membelai pipiku, aku memejamkan
mata dan menyandarkan kepalaku di telapaknya yang lebar. Rasanya masih sedikit
kasar, dengan beberapa area yang kapalan. Bagiku, tangannya selalu terasa
sangat jantan, begitu laki-laki, dan aku menikmati setiap usapannya ketika
membelai setiap jengkal tubuhku. Merasakan kontrasnya ketika mengusap kulitku
yang lebih halus. Dengan perlahan, dia menyapukan ibu jarinya di atas bibirku,
dan aku membuka mata. Ingin rasanya kukecup jarinya, merasakan rasanya untuk
satu kali lagi, menikmati rasa kulitnya.
Bukan itu saja, sebenarnya, aku ingin menghambur ke
peluknya, menyesap aroma tubuhnya, menyurukkan wajahku di lekuk lehernya, dan
mendekapnya erat.
Tapi lalu apa?
Jadi, aku melepaskan tangannya dari pipiku, namun tetap
menggenggamya erat. Kutatap kedua matanya, dan merasakan bagaimana dia
menatapku, benar-benar menatapku. Dan lalu untuk terakhir kalinya, aku
mengatakan, “Aku mencintaimu.”
Dia tersenyum lagi, “aku juga mencintaimu.”
Dia melepaskan tangannya, dan aku melepaskannya. Karena kami
tak tepat lagi bersama.
Abis ntn conjuring produktif ya bikin ini... Ayook bikin buku kompilasi cerita sedih! ...plus tips bundir.
ReplyDelete